Monday, October 7, 2013

Sekilas Tentang Ondel-ondel Khas Betawi


Ondel-ondel merupakan sebuah boneka besar dengan tampilan matanya yang selalu melotot dan identik dengan budaya khas Betawi. Walaupun begitu, kesenian serupa juga terdapat di beberapa daerah di luar kota Jakarta, seperti kesenian di Pasundan yang menyerupai Ondel-ondel ini disebut dengan Badawang, sedangkan di Jawa Tengah disebut dengan Barongan Buncis, sementara di Bali dikenal dengan nama Barong Landung. Konon kesenian ini sudah ada sebelum masuknya agama Islam di Pulau Jawa.

Ondel-ondel biasanya mempunyai tinggi sekitar dua setengah meter dengan diameter garis tengahnya kurang lebih sekitar 80 centimeter. Ondel-ondel yang menggambarkan seorang laki-laki biasanya mukanya berwarna merah, sedangkan Ondel-ondel yang menggambarkan seorang perempuan biasanya akan bermuka putih atau kuning. Proses pembuatan Ondel-ondel sendiri biasanya dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap pembuatan rangka dan tahap pembuatan topeng. Untuk membuat sepasang boneka Ondel-ondel biasanya memerlukan waktu sekitar satu hingga tiga minggu tergantung ukuran yang diinginkan. Untuk pembuatan rangka, bahan yang digunakan biasanya adalah bambu dan ijuk, sedangkan untuk pembuatan topeng kini lebih banyak menggunakan bahan dari fiber glass daripada kayu karena dianggap lebih praktis. Sedangkan untuk baju yang nantinya akan digunakan pada boneka biasanya menggunakan bahan kain satin serta sarung untuk bagian bawahnya.

Awalnya Ondel-ondel mempunyai fungsi sebagai penolak bala dan dahulu masyarakat Betawi sering menjadikan Ondel-ondel sebagai simbol leluhur penjaga kampung untuk menjauhkan dari berbagai gangguan roh halus yang bergentayangan. Maka tidak heran apabila dahulu Ondel-ondel mempunyai wajah yang cukup menyeramkan. Terkait dengan fungsi awal Ondel-ondel tersebut maka dahulu sebelum akan memulai pembuatan Ondel-ondel biasanya seorang pengrajin akan melakukan ritual khusus seperti menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa serta bubur sumsum. Hal ini dimaksudkan agar proses pembuatan boneka dapat berjalan lancar serta diharapkan roh yang nantinya akan bersemayam di dalam boneka adalah roh baik. Ritual khusus ini menurut masyarakat setempat disebut dengan Ukup atau Ngukup.

Namun seiring dengan berjalannya waktu serta adanya pergeseran fungsi dari Ondel-ondel itu sendiri maka ritual khusus tersebut sudah mulai ditinggalkan. Semenjak kepemimpinan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta dari tahun 1966-1977, Ondel-ondel telah beralih fungsi sebagai boneka seni khas Betawi sekaligus juga sebagai seni pertunjukkan rakyat yang menghibur. Wajah Ondel-ondel yang dahulu terkesan menyeramkan pun kini sudah berubah menjadi lebih manis. Dalam pertunjukkannya pun Ondel-ondel lebih sering diiringi dengan musik tradisional khas Betawi seperti Tanjidor, Bende, Ningnong, maupun Rebana Ketimpring.

Sumber : utiket.com

No comments:

Post a Comment