Thursday, September 26, 2013

Tradisi Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng



Dieng, berupa dataran tinggi yang terletak di dua wilayah: Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Nama Dieng berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda Kuno yang terdiri dari kata Di yang berarti tempat atau gunung dan Hyang yang berarti dewa, sehingga Dieng dapat diartikan sebagai kawasan pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Dieng terkenal akan keindahan alam dan suasana sejuknya. Terdapat pula sebuah tradisi yang cukup unik di kawasan Dieng ini, yakni tradisi pemotongan rambut anak yang berambut gimbal.

Rambut gimbal yang ada pada beberapa anak-anak asli Dieng ini merupakan rambut yang tumbuh secara alami dan bukan direkayasa. Rambut gimbal tersebut ada yang hanya beberapa helai tergulung di belakang tertutup rambut halus, namun ada juga yang benar-benar gimbal dan tebal seolah-olah rambut tersebut tidak pernah dicuci. Konon rambut gimbal tersebut merupakan titipan dari penguasa alam gaib setempat. Mmenurut kepercayaan masyarakat setempat, rambut tersebut hanya bisa dipotong bila sudah ada permintaan dari sang anak sendiri. Sedangkan pemotongan rambut gimbalnya pun haruslah melalui upacara dan ritual yang sudah menjadi tradisi masyarakat setempat.

Sebelum upacara pemotongan rambut biasanya akan dilakukan terlebih dahulu sebuah ritual doa di beberapa tempat yang dianggap suci seperti Candi Dwarawati, kompleks Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kembang, Candi Bima, Kawah Sikidang, kompleks Pertapaan Mandalasari (Gua di Telaga Warna), Kali Pepek serta pemakaman Dieng. Hal ini dimaksudkan agar upacara pemotongan rambut nantinya dapat berjalan lancar. Sedangkan pada malam harinya acara akan dilanjutkan upacara Jamasan Pusaka yakni upacara pencucian pusaka yang akan dibawa oleh anak berambut gimbal saat kirab nanti.

Pada keesokkan harinya dilaksanakan sebuah kirab dengan diikuti oleh para sesepuh desa, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional serta masyarakat setempat untuk menuju ke tempat pemotongan rambut. Biasanya perjalanan dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti sejenak di kawasan Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu untuk memandikan anak yang berambut gimbal. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke tempat pemotongan rambut.

Sebelum upacara pemotongan rambut dilaksanakan biasanya akan dipertunjukkan beberapa kesenian tradisional untuk menghibur masyarakat. Setelah pertunjukkan usai barulah proses upacara pemotongan rambut dilaksanakan yang akan dilakukan oleh tokoh masyarakat setempat dengan didampingi oleh pemangku adat. Tempat yang dipilih biasanya ada di depan Candi Arjuna. Pada saat upacara dilaksanakan akan dipersembahkan sesajian berupa kepala ayam, tempe gembus, kambing etawa, marmut serta beberapa hasil bumi lainnya yang berasal dari dataran tinggi Dieng.

Acara selanjutnya setelah pemotongan rambut gimbal adalah penyerahan benda-benda yang sebelumnya telah diminta oleh anak yang dipotong rambutnya, potongan rambut gimbalnya dihanyutkan ke Telaga Warna yang mengalir ke Sungai Serayu dan bermuara ke Pantai Selatan. Hal ini sebagai simbol pengembalian bala yang dibawa oleh sang anak kepada para dewa. Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi pemotongan rambut gimbal ini akan membuat sang anak bebas dari segala macam penyakit serta mendatangkan rezeki.

Tradisi pemotongan rambut gimbal masyarakat Dieng ini pun sudah dimasukkan dalam acara Festival Kebudayaan Dieng (Dieng Culture Festival) yang biasanya diselenggarakan pada bulan Juni setiap tahunnya. Selain tradisi pemotongan rambut gimbal, acara ini juga menampilkan festival seni dan budaya serta pameran produk-produk khas Dieng lainnya.

Sumber : utiket.com

No comments:

Post a Comment